YIELD DAN RETURN

Pengertian Yield dan Return

Imbal hasil (yield) merupakan persentase dari total pengembalian investasi dengan jumlah investasi awal. Total pengembalian tersebut dapat diperoleh dari suatu instrumen keuangan yaitu saham (berdasarkan dividen) dan obligasi (berdasarkan tingkat suku bunga) bukan selisih kenaikan harga.

Nominal yield merujuk pada nilai tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh suatu obligasi. Misalkan, Surat Utang Negara 5,95%. Maka, yield yang dihasilkan oleh instrumen tersebut adalah 5,95 persen.

Return adalah keuntungan yang didapat investor atas aktivitas investasi yang dilakukannya. Imbal hasil yang didapatkan dapat direpresentasikan dalam bentuk nilai uang atau bisa juga dalam bentuk persentase yang didapatkan di periode waktu tertentu.

Pengembalian (return) atau tingkat pengembalian (rate of return) adalah hasil  yang didapatkan oleh investor dari saham yang diperjualbelikan di pasar modal. Jogiyanto (1998: 109). Terdapat pengembalian dari saham tersebut yaitu Dividen dan Capital Gain.

Return Nominal dan Return Riil

Setiap Investor dalam melakukan investasi untuk mendapatkan return. Return yang baik adalah return yang positif (menguntungkan) dan menghindari return negatif yang menyebabkan berkurang total kekayaan investor.

Tidak semua return positif menguntungkan atau meningkatkan kekayaan riil investor dan bergantung pada tingkat inflasi saat itu. Ilustrasi sebagai berikut, seorang investor hanya memperoleh return sebesar 10% dalam satu tahun saat tingkat inflasi tahunan mencapai 12%. jadi investor tersebut akan mengalami penurunan kekayan riil sebesar 2% (10%-12%). hal ini dapat diartikan bahwa walaupun secara nominal meningkat 10 % dimana Rp 100.000 menjadi Rp 110.000 tapi daya beli dari uang Rp 110.000 adalah 2% lebih rendah dari daya beli  uang Rp 100.000 tahun sebelumnya.

Return riil adalah return nominal dikurangi tingkat inflasi. Adapun syarat daya beli tidak berkurang adalah return riil harus positif atau return nominal harus melebihi tingkat inflasi.

Dalam dunia investasi dikenal dengan “‘high risk, high return‘ yang artinya “semakin tingggi tingakt risiko investasi, maka semakin tinggi pula potensi tingkat pengembalian yang akan didiperoleh oleh seorang investor”.

Yield Dalam Pasar Uang

Yield diskon bank (bank dicount)

Untuk menghitung yield  diskon bank per annum (per tahun), pasar biasanya menggunakan asumsi bahwa satu tahun sama dengan 360 hari. Sehingga persamaannya adalah sebagai berikut:

rBD=\frac{D}{F} x \frac{360}{t}

dimana:
rBD    = yield diskon bank,
D       = besar diskon (selisih nominal dengan harga pembelian)|
F        = nilai nominal SBI atau SD
t         = jumlah hari hingga jatuh tempo

Contoh 1. Sebuah SPN bernilai nominal Rp 1.000.000 dan berjangka waktu 180 hari, dijual dengan harga Rp 950.000,00. Hitunglah yield diskon bank SPN tersebut.

Diketahui:   
D         =1.000.000. – 950.000=     50.000
F          =1.000.000
t           = 180 hari

Jawab :  
rBD=\frac{D}{F} x \frac{360}{t}
rBD=\frac{50.000}{1.000.000} x \frac{360}{180}
rBD= 0,05 x 2
rBD= 0,1
rBD= 10 % p.a

Yield diskon bank memiliki kelemahan diantara:

  • Yield berdasarkan pada nominal efek, bukan pada harga pembelian
  • Asumsi 360 hari, seharusnya 365 hari
  • Digunakannya konsep bunga sederhana (mengabaikan kesempatan bunga berbunga)

Yield  Periode (Holding Period)

Untuk mengatasi kelemahan yield diskon bank, maka diperkenankan untuk menggunakan ukuran yield yang lain, misalnya yield period. Yield Periode merupakan yield selama periode investasi atau selama periode memegang produk keuangan. Yield periode ini tidak disetahunkan atau tidak dinyatakan dalam p.a. Dapat dihitung dengan persamaan:

 

HPY=\frac{P1-P0}{P0}

Dimana:
HPY    = yield periode (holding period)
P0        = harga pembelian
P1        = harga atau nilai jatuh tempo

Contoh 2. Sebuah SPN bernilai nominal Rp 1.000.000 dan berjangka waktu 180 hari, dibeli dengan harga Rp 950.000,00., hitung yield yang diterima investor

Diketahui:
P0                     = 950.000
P1         = F      = 1.000.000
Jawab:
HPY=\frac{P1-P0}{P0}
HPY=\frac{1.000.000-950.000}{950.000}
HPY=\frac{50.000}{950.000}
HPY= 0,05263
HPY= 5,26 %

Jika yield periode disetahunkan dengan menggunakan konsep bunga majemuk maka menggunakan persamaan:

EAY=(1 + HPY)^{\frac{365}{t}}-1

Dimana:
EAY    = yield tahunan efektif (effective annual)
HPY    = yield periode (Holding period)
t           = periode

Contoh 3. Sebuah SPN bernilai nominal Rp 1.000.000 dan berjangka waktu 180 hari, dibeli dengan harga Rp 950.000,00., hitung yield yang diterima investor. Hitung yield tahunan! 

Diketahui:
t      = 180 hari
P0  = 950.000
P1  = F  = 1.000.000
Jawab:
HPY=\frac{P1-P0}{P0}
HPY=\frac{1.000.000-950.000}{950.000}
HPY=\frac{50.000}{950.000}
HPY= 0,05263
HPY= 5,26 %

EAY=(1 + HPY)^{\frac{365}{t}}-1
EAY=(1 + 0,05263)^{\frac{365}{180}}-1
EAY=(1 ,05263)^{2,027}-1
EAY=1,1096-1
EAY=0,1096
EAY=10,96%

Yield Pasar Uang (money market) atau Yield Yang Ekuivalen Dengan Sertifikat Deposito (CD Yield)

Merupakan ukuran yield terakhir untuk produk keuangan jangka pendek. Dapat dihitung dengan persamaan:

rMM=\frac{D}{P0} x \frac{360}{t}

rMM=rBD x \frac{F}{Po}

atau

rMM=HPY x \frac{360}{t}

Contoh 4. Melanjutkan dari contoh 3 hitunglah Yield Pasar uang.

Diketahui:
HPY = 5,26%
t        = 180 hari
Ditanya : rMM
Dijawab:
rMM=HPY x \frac{360}{t}
rMM=5,26% x \frac{360}{180}
rMM=5,26% x 2
rMM=10,52%

Return Berdasarkan Waktu

Ada dua konsep pengembalian berdasarkan waktu, yaitu pengembalian aritmatik dan pengembalian geometrik. Pengembalian aritmatik umumnya digunakan untuk periode tunggal, misalnya 1 tahun, 15 bulan, atau 18 bulan. Sedangkan pengembalian geometrik umumnya digunakan untuk beberapa periode, misalnya 2 tahun, 3 tahun, atau lebih. Perbedaan antara pengembalian aritmatik dan pengembalian geometrik sama seperti perbedaan rata-rata aritmatik dan rata-rata geometrik dalam statistika.

Persamaan untuk menghitung pengembalian tersebut adalah

rA= \frac{r1+r2+...+rn}{n}

dan

rG= \sqrt[n]{(1+r1)(1+r2)...(1+rn)}-1

dimana:

rA           = return aritmatik
rG           = return geomatrik
r1            = return periode 1
r2            = return periode 2
rn            = return periode n
n          = jumlah periode

Contoh 5

Seorang investor pada tahun 2020 membeli sebuah obligasi senilai Rp 200.000.000. Setahun kemudian, 2021, dia membeli kembali obligasi yang sama seharga Rp 240.000.000. pada tahun 2021 itu, atas kepemilikan obligasi pertama, dia menerima bunga sebesar Rp 10.000.000. pada tahun 2022 karena memiliki 2 obligasi, dia menerima bunga Rp 20.000.000. Jika pada tahun 2022 investor tadi menjual obligasinya pada harga masing-masing Rp 260.000.000, berapa return tahunan aritmatik dan geometrik yang dia peroleh?

Jawab:
n =2
Tahun pertama (2020-2021)
P0        = 200.000.000 (hanya obligasi A)
P1         = harga obligasi a  pada tahun 2021 + bunga
             = 240.000.000 + 10.000.000
             = 250.000.000

r1          = \frac{P1-Po}{Po}
r1          = \frac{250.000.000-200.000.000}{200.000.000}
r1          = \frac{50.000.000}{200.000.000}
r1         = 0,25

Tahun kedua (2021-2022)
P0        = harga obigasi A + harga obligasi B  pada tahun 2021
             = 240.000.000 + 240.000.000
             = 480.000.000

P1        = harga obigasi A + harga obligasi B  pada tahun 2022 + bunga
            = 260.000.000 + 260.000.000 + 20.000.000
            = 540.000.000

r2          = \frac{P1-Po}{Po}
r2          = \frac{540.000.000-480.000.000}{480.000.000}
r2          = \frac{60.000.000}{480.000.000}
r2         = 0,125

rA          = \frac{r1+ro}{n}
rA          = \frac{0,25+0,125}{2}
rA          = \frac{0,375}{2}
rA          = 0,1875

rG          = \sqrt[n]{(1+r1)(1+r2)}-1
rG          = \sqrt[2]{(1+0,25)(1+0,125)}-1
rG          = \sqrt[2]{(1,25)(1,125)}-1
rG          = \sqrt[2]{(1,40625)}-1
rG= 1,1858-1
rG= 0,1858

Return Berdasarkan Uang

Return tertimbang berdasarkan uang (money weighted) atau sering disebut dengan return berdasarkan uang adalah selama periode investasi terdapat penambahan atau pengambilan uang. contoh return berdasarkan uang misalnya pencarian Internal Rate of Return (IRR) pada materi penganggaran modal (capital budgeting). 

Indeks Pasar Saham

Indeks harga saham (stock price index) adalah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks harga saham merupakan pola yang menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah sedang aktif atau sedang lesu. Dengan demikian, indeks harga saham menggambarkan kinerja saham baik secara individual maupun secara keseluruhan (kinerja pasar).

Terdapat tiga jenis indeks harga saham, yaitu :

  1. Indeks harga saham individual (individual stock price index)
  2. Indeks harga saham sektoral (sectoral stock price index)
  3. Indeks harga saham gabungan (composite stock price index).

Di sini akan dibahas terutama tentang indek harga saham individual dan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Indeks Harga Saham Individual

Indeks harga saham individual merupakan indeks berfungsi untuk mengukur kinerja suatu saham tertentu. Indeks harga saham individual merupakan indeks yang menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya.
Ada beberapa cara pembobotan indeks yang bisa digunakan yaitu:

1.     Tertimbang berdasarkan harga atau price –weighted)

Indeks pasar saham berdasarkan harga yang paling populer yang merupakan harga rata-rata dari saham yang menjadi sampel.

Contoh 6.  Pada periode awal (t=0)  harga saham A adalah Rp 90, saham B adalah Rp 40 dan saham C Rp 20. Berapa indeks pasar saham pada t=0 dan t=1 (esok harinya) jika diketahui harganya menjadi:

a. A= Rp 102, B = Rp 55, dan C = Rp 35
b. A= Rp  96,  B = Rp 42, dan C= Rp 30

Jawab:

Pada Periode 0

Indeks (rata-rata)         = \frac{harga saham A+harga saham B +harga saham C}{Total jenis saham}
Indeks (rata-rata)      = \frac{90+40 +20}{3}
Indeks (rata-rata)      = \frac{150}{3}
Indeks (rata-rata)      = 50

Pada Periode 1
kasus a

Indeks (rata-rata)      = \frac{harga saham A+harga saham B +harga saham C}{Total jenis saham}
Indeks (rata-rata)      = \frac{102+55 +35}{3}
Indeks (rata-rata)      = \frac{192}{3}
Indeks (rata-rata)      = 64

kasus b

Indeks (rata-rata)      = \frac{harga saham A+harga saham B +harga saham C}{Total jenis saham}
Indeks (rata-rata)      = \frac{96+42 +30}{3}
Indeks (rata-rata)      = \frac{168}{3}
Indeks (rata-rata)      = 56

tabel Y n R

2.     Tertimbang Berdasarkan nilai kapitalisasi pasar (value weighted

Indeks berdasarkan nilai memberikan bobot yang lebih besar pada saham yang berkapitalisasi pasar besar bukan pada saham berharga tinggi. Yang dimaksud dengan kapitalisasi pasar suatu saham adalah jumlah saham yang beredar dikalikan dengan harga pasar saham. 

Indekst            = \frac{Σ^n_{i=1}P_t Q_t}{Σ^n_{i=1}P_0 Q_0} x  indeks     awal

Jika indeks awal ditetapkan 100 maka:

Indekst            = \frac{Σ^n_{i=1}P_t Q_t}{Σ^n_{i=1}P_0 Q_0} x  100

atau

Indekst            = \frac{Total    Kapitalisasi    pasar     t }{Total Kapitalisasi    pasar    awal} x  100

Dimana:

P0                 = harga saham i pada periode awal
Q0                = jumlah saham i yang beredar pada periode awal
Pt                 = harga saham i pada periode t
Qt                = jumlah saham i yang beredar pada periode t
n                  = jumlah  saham individual dalam sample
Indekst       = indeks pada periode t

Contoh 7

Hitung indeks pasar saham jika t =0 diketahui:

Dan pada t=1, harga-harga saham menjadi:
a. Saham A= Rp 150, saham B=Rp 160, dan saham C= Rp 225
b. Saham A= Rp 110, saham B=Rp 165, dan saham C= Rp 250

Jawab

Kasus a

Indekst            = \frac{Total    Kapitalisasi    pasar     t1 }{Total Kapitalisasi    pasar    awal} x  100
Indekst            = \frac{2.680.000.000 }{2.525.000.000} x  100
Indekst            = 1,0613 x 100
Indekst            = 106,13

Kasus b

Indekst            = \frac{Total    Kapitalisasi    pasar     t1 }{Total Kapitalisasi    pasar    awal} x  100
Indekst            = \frac{2.652.500.000 }{2.525.000.000} x  100
Indekst            = 1,0505 x 100
Indekst            = 106,05 

 

3.     Tak tertimbang (unweighted)

Indeks yang mengukur perubahan rata-rata (biasanya aritmatik) harga saham dalam sampel.

Contoh 8

pada tanggak 1 Desember 2022, indeks pasar adalah 100 dan sampel yang digunakan untuk indeks adalah tiga saham yaitu saham A yang berharga Rp 110, saham B yang berharga Rp 225, saham C yang berharga Rp 450. Jika pada 2 Desember 2020. Harga ketiga saham itu berubah menjad A = Rp 125 , B = Rp 210 dan C = Rp 500. Hitung indeks (pasar saham) tak tertimbang pada 2 Desember 2022.

Jawab

Untuk menghitung indeks tak tertimbang (aritmatik) dimana n=3 yaitu:
indeks tak tertimbang = \frac{harga relatif saham A+harga relatif saham B+harga relatif saham C }{n} x  100
indeks tak tertimbang = \frac{\frac{125}{110}+\frac{210}{225}+\frac{500}{450} }{3} x  100
indeks tak tertimbang = \frac{1,14+0,93+1,11}{3} x  100
indeks tak tertimbang = \frac{3,18}{3} x  100
indeks tak tertimbang = 106,03

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham gabungan (IHSG) merupakan indeks berfungsi untuk mengukur kinerja saham-saham yang tercatat di suatu bursa efek atau pasar modal. Saham gabungan (composite) berarti saham dalam hitungan lebih dari satu, atau seluruh saham yang tercatat pada bursa efek.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) secara umum dihitung dengan menggunakan persamaan :

IHSG= \frac{Jumlah   saham   x   harga   terakhir   saham }{Nilai   dasar   x   Harga perdana} x  100

Terdapat dua metode untuk penghitungan indeks harga saham gabungan, yaitu:

Metode rata-rata (average method)

Di mana IHSG dihitung dengan cara menjumlahkan harga-harga seluruh saham yang tercatat di bursa efek, kemudian dibagi oleh jumlah harga-harga dasarnya. Jika dimisalkan P01 (i = 1,2,…,n) harga dasar dari saham i, Psi harga terkini saham i , dan n banyaknya saham, maka persamaan untuk menghitung IHSG adalah:

IHSG           = \frac{Σ^n_{i=1}P_si }{Σ^n_{i=1}P_0i} x  100

Dimana:

IHSG      = Indeks harga saham gabungan

P0i      = Harga Dasar
Psi      = Harga terkini

Contoh 9

Hitunglah IHSG, jika diberikan harga saham- saham berikut:

Jawab 

IHSG           = \frac{Σ^n_{i=1}P_si }{Σ^n_{i=1}P_0i} x  100
IHSG           = \frac{1.400+1.300+1.450}{1.100+1.400+1.150} x  100
IHSG           = \frac{4.150}{3.650} x  100
IHSG           = 113,69

Artinya IHSG mengalami kenaikan, dari indeks dasar 100 menjadi indeks terkini 113,69.

Metode rata-rata tertimbang (weighted everage method).

Misalkan Pq;– (i = 1,2,…,n) harga dasar dari saham i, Psi harga terkini saham i, n banyaknya saham, dan Qsi jumlah (volume) saham i yang dikeluarkan (standing out) terkini, maka persamaan untuk menghitung IHSG adalah:

IHSG           = \frac{Σ^n_{i=1}P_si Q_si}{Σ^n_{i=1}P_0i Q_si} x  100

Dimana:

IHSG      = Indeks harga saham gabungan

P0i      = Harga Dasar
Psi      = Harga terkini
Qsi      = Volume terkini

 

Contoh 10

Hitunglah IHSG, jika diberikan harga saham- saham berikut:

jawab 

IHSG           = \frac{Σ^n_{i=1}P_si Q_si}{Σ^n_{i=1}P_0i Q_si} x  100
IHSG           = \frac{(1.400 x 4.000)+(1.300 x 3.000)+(1.450 x 5.000)}{(1.100 x 4.000)+(1.400 x 3.000)+(1.150 x 5.000)} x  100
IHSG           = \frac{(5.600.000)+( 3.900.000)+(7.250.000)}{(4.400.000)+(4.200.000)+( 5.750.000)} x  100
IHSG           = \frac{16.750.000}{14.350.000} x  100
IHSG           = 116,72

Artinya IHSG mengalami kenaikan, dari indeks dasar 100 menjadi indeks terkini 116,72.

LATIHAN SOAL

Daftar Pustaka
https://macroeconomicdashboard.feb.ugm.ac.id/yield/

Pengertian Imbal Hasil, Rumus, dan Cara Menghitungnya


https://ajaib.co.id/apa-itu-return-pengertian-jenis-dan-pengaruhnya/

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*