Asersi Manajemen dalam Laporan Keuangan

Pengertian Asersi
Asersi menurut ISA 315.4A adalah representasi oleh manajemen, secara eksplisit atau dengan cara lain, yang terkandung dalam laporan keuangan, yang dipakai oleh auditor untuk mempertimbangkan berbagai jenis kesalahan penyajian potensial yang mungkin terjadi.
Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat atau tertulis oleh manajemen mengenai kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait serta pengungkapan dalam laporan keuangan (Arens dkk., 2011:120).
Dengan menyerahkan laporan keuangannya kepada auditor atau pihak lain, manajemen membuat representasi secara tersurat dan tersirat. Representasi oleh manajemen kepada auditor, yang paling umum dikenal ialah laporan keuangan secara keseluruhan atau secara menyeluruh disajikan secara wajar sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku (Tuanakotta, 2014:147).
Jika manajemen memberikan asersi yang benar maka dampak kesalahan keuangannya tidak ada. Sebaliknya jika manajemen memberikan asersi yang salah maka dampak kesalahan keuangannya bisa berupa angka-angka yang dinyatakan terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kesalahan manajemen dalam asersi laporan keuangan mempunyai dampak kuantitatif dan kualitatif.
Pengelompokkan Asersi Manajemen
ISA 315 mengelompokkan asersi ke dalam tiga kategori sebagai berikut:
1.    Asersi tentang golongan transaksi dan peristiwa untuk periode yang di audit.
Manajemen membuat beberapa asersi mengenai transaksi. Asersi ini juga harus diterapkan pada kejadian lain yang digambarkan dalam pencatatan akuntansi. Misalnya pencatatan penyusutan dan pengakuan kewajiban pensiun.

 

2.   Asersi tentang saldo akun pada akhir periode.

3.   Asersi tentang penyajian dan pengungkapan.

Penerapan asersi pada seluruh area laporan keuangan, dapat diringkas sebagai berikut:
 
Asersi Gabungan
Asersi gabungan disingkat sebagai berikut: C-completeness, E-Existence, A-accuracy and cut-off dan V-valuation. 
Penjelasan asersi gabungan:
C-Completeness         : segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan, telah dicakup.
E-existence                 : segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan, memang ada pada tanggal yang bersangkutan, dan memang harus dicakup.
A-Accuracy and Cut-off: semua kewajiban, pendapatan, beban dan hak atas aset (yang dikuasai atau di bawah pengendalian) merupakan kewajiban atau kekayaan entitas dan telah dicatat dalam jumlah yang benar dan dialokasikan ke periode yang benar. Juga telah dilakukan pengklasifikasian dan pengungkapan yang benar dalam laporan keuangan.
V-Valuation                :    Aset, kewajiban, dan ekuitas dicatat dalam jumlah atau nilai (at the appropriate value) dalam laporan keuangan. Penyesuaian untuk penilaian atau alokasi yang diperlukan karena sifatnya atau sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan, telah dicatat sebagaimana mestinya.
Asersi dalam Auditing
SIA 315.25 menjelaskan bahwa auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material pada:
1.    Tingkat laporan keuangan
Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan merujuk pada risiko yang berhubungan secara pervasif (tersebar luas) dan berdampak pada banyak asersi. Risiko tersebut  tidak perlu berupa risiko yang dapat diidentifikasi dengan asersi spesifik pada tingkat golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan. Melainkan risiko tersebut mewakili kondisi yang dapat meningkatkan risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi. Misalnya pengabaian pengendalian internal oleh manajemen. Risiko pada tingkat laporan keuangan mungkin secara khusus relevan bagi pertimbangan auditor atas risiko kesalahan penyajian karena kecurangan.
2.   Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun dan pengungkapan.
Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun dan pengungkapan perlu dipertimbangkan karena pertimbangan tersebut secara langsung membantu dalam menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lebih lanjut pada tingkat asersi yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi, auditor dapat menyimpulkan bahwa risiko yang teridentifikasi berkaitan secara lebih pervasif dengan laporan keuangan secara keseluruhan dan secara potensial memengaruhi banyak asersi.
Dalam menyatakan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, manajemen secara implisit atau eksplisit membuat asersi tentang pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan berbagai unsur laporan keuangan dan pengungkapan yang terkait.
Ketika membuat aserti tentang laporan keuangan entitas sektor publik, selain asersi-asersi yang dirujuk pada jenis diatas, manajemen sering dapat membuat asersi bahwa transaksi dan peristiwa telah dilaksanakan dan terjadi sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau otoritas lainnya.
Kegunaan Asersi Bagi Auditor
Auditor menggunakan asersi untuk (Tuanakotta, 2014:155):
  1. Menentukan jenis risiko salah saji yang bisa terjadi, dengan melaksanakan prosedur penilai risiko (risk assessment procedures).
  2. Menilai seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko salah saji yang material. Risiko salah saji yang material merupakan kombinasi dari risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk).
  3. Merancang prosedur audit selanjutnya (further audit procedures) sebagai jawaban atau tanggapan terhadap risiko yang dinilai (responsive to the assessed risk).

Daftar Referensi :

Elder, R. J., Beasley, M. S., Arens, A. A.,  dan Jusuf, A. A. (2011). Audit dan Jasa Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi. Indonesia). Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Tuanakotta, T. M. (2014). Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing). Jakarta: Salemba Empat.

Standar Audit 315 Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman Atas Entitas dan Lingkungannya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*