Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

(Perekonomian 2 sektor format ppt )

Perekonomian dua sektor adalah perekonomin yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan. Dalam perekonomian tidak terdapat kegiatan pemerintah (misalnya konsumsi pemerintah, pajak, subsidi) maupun perdagangan luar negeri (yaitu kegiatan ekspor impor) (Sukirno, 2016:142). Berikut gambar Siklus Aliran Pendapatan dalam Perekonomian 2 Sektor:

Dalam perekonomian dua sektor sumber pendapatan yang diperoleh rumah tangga adalah dari perusahaan. Pendapatan ini meliputi gaji, upah, sewa, bunga dan keuntungan adalah sama nilainya dengan pendapatan nasional. Dan oleh karena itu pemerintah tidak memungut pajak maka pendapatan nasional (Y) adalah sama dengan pendapatan disposebel (Yd) atau Y = Yd  (Sukirno, 2016:142).
Pendapatan yang digunakan rumah tangga akan digunakan untuk dua tujuan yaitu untuk konsumsi dan ditabung. Tabungan ini akan dipinjamkan kepada penanam modal atau investor untuk investasi ke perusahaan. Perusahaan akan menggunakan dana tersebut untuk membeli barang-barang modal seperti mesin-mesin atau membayar faktor-faktor produksi yang diberikan oleh rumah tangga.
Ciri-ciri perekonomian dua sektor:
1)   Sektor perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki rumah tangga. Faktor-faktor produksi tersebut memperoleh pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan untung.
2) Sebagian besar pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
3)  Sisa pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan ditabung dalam institusi-institusi keuangan
4) Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari sektor rumah tangga.
Hubungan antara Konsumsi dengan Pendapatan
Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran rumah tangga (secara seunit kecil atau dalam keseluruhan ekonomi). Yang terpenting dalam perekonomian dua sektor adalah pendapatan rumah tangga. Tabel yang menggambarkan hubungan di antara konsumsi rumah tangga dan pendapatan dinamakan daftar (skedul) konsumsi. Daftar konsumsi pada dasarnya menggambarkan besarnya konsumsi rumah tangga pada tingkat pendapatannya yang berubah-ubah.
Hubungan antara tingkat pendapatan disposebel dengan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga dapat dilihat sebagai berikut:
Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan (dalam ribuan rp)

Ciri-ciri hubungan tabungan dengan pendapatan disposebel dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)     Pendapatan yang rendah rumah tangga menggorek tabungan
Pada waktu pendapatan disposebel adalah (Y­d=0), pengeluaran konsumsi adalah Rp. 125 ribu. Ini berarti rumah tangga harus menggunakan harta atau tabungan masa lalu untuk membiayai pengeluaran konsumsinya.
2)    Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi
Biasanya pertambahan pendapatan adalah lebih tinggi dari pada pertambahan konsumsi.
3)     Pada pendapatan yang tinggi rumah tangga menabung
Pertambahan pendapatan selalu lebih besar dari pertumbuhan konsumsi maka pada akhirnya rumah tangga tidak “mengorek tabungan” lagi. ia akan mampu menabung sebagian dari pendapatannya.
 
Konsumsi, pendapatan dan tabungan hubungannya sangat erat. Menurut pendapat JM Keyness dikenal dengan Psychological Consumption membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan. Pendapat JM Keyness sebagai berikut :
a.         Jika pendapatan naik, maka konsumsi akan naik, tetapi tidak sebanyak kenaikan pendapatan.
b.        Setiap kenaikan pendapatan akan digunakan untuk konsumsi dan tabungan.
c.         Setiap kenaikan pendapatan jarang menurunkan konsumsi dan tabungan.
Kecondongan Mengkonsumsi dan menabung
Konsep kecondongan konsumsi dibagi menjadi dua:
1.    Kecondongan mengkonsumsi marginal atau Marginal Propensity to Consume (MPC), yaitu perbandingan diantara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

2.  Kecondongan mengkonsumsi rata-rata atau Average Propensity to Consume (APC), yaitu perbandingan diantara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel ketika konsumsi  tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Konsep kecondongan menabung dibagi menjadi dua:
1.  Kecondongan menabung marjinal atau Marginal Propensity to Save (MPS), yaitu perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan pendapatan (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan:

2Kecondongan menabung rata-rata atau Average Propensity to Save (APS), yaitu perbandingan diantara tabungan dengan pendapatan disposebel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula:


Contoh Perhitungan Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung Marjinal dan Rata-Rata

1.   Dalam perekonomian pendapatan disposebel sebesar 400 menjadi 600, kenaikan pendapatan sebesar 200. Konsumsi bertambah sebesar 150 yang sebelumnya 450 menjadi 600, maka nilai MPC dan APC  sebesar:
MPC           = ΔC/ΔYd
= 150/200
= 0,75
APC            = C/Y
= 450/400
= 1,125
2. Apabila pendapatan disposebel bertambah dari 400 menjadi 600, kenaikan pendapatan sebesar 200. Tabungan berubah dari -50 menjadi 0, maka nilai MPS dan APS sebesar:
 
        MPS    = ΔS/ΔYd
 = 50/200
 = 0,25
        APS     = S/Yd
 = -50/400
 = -0,125
 
Hubungan antara kecondongan mengkonsumsi dan menabung adalah sebagai berikut:
a.    Nilai MPC+MPS=1, APC+APS=1
b. Pendapatan disposebel adalah sama dengan konsumsi rumah tangga ditambah dengan tabungan rumah tangga. Sehingga dapat dibuat persamaan sebagai berikut: 
     
       Yd=C+S
   Keterangan :
Yd   :    Pendapatan disposibel
C     :    Konsumsi rumah tangga
S     :    Tabungan

Fungasi Konsumsi dengan Tabungan

Fungsi Konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau pendapatan disposibel) perekonomian tersebut (Sukirno, 2016:116).
Fungsi Tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau pendapatan disposibel) perekonomian tersebut (Sukirno, 2016:116).
       Berikut Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan (dalam triliun rp)
                    Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan
Persamaan Fungsi Konsumsi dan Tabungan
1)        Fungsi Konsumsi
Suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional. Bentuk umum fungsi konsumsi sebagai berikut:
 
C = a + b Y
 
Keterangan :
a = Konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0
  nilai a diperoleh dari: a = (APC-MPC) y
b = kecondongan mengkonsumsi marginal
C = Tingkat konsumsi
Y = Pendapatan Nasional
2)       Fungsi Tabungan
Suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional. Bentuk umum fungsi tabungan:
S = – a + (1 – b) Y
Keterangan :
a = Konsumsi rumah tangga ketika Pendapatan nasional adalah 0
b = Kecondongan Mengkonsumsi Marginal
C = Tingkat Konsumsi
Y = Pendapatan Nasional
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk Konsumsi dan Tabungan
Selain pendapatan nasional, faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk konsumsi dan tabungan antara lain
a.        Kekayaan yang telah terkumpul (warisan, hasil usaha masa lalu)
b.        Suku bunga
c.         Sikap berhemat
d.        Keadaan Perekonomian
e.        Distribusi Pendapatan
f.Tersedia tidaknya Dana Pensiun yang Mencukupi

Investasi
Investasi diartikan sebagai pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia di dalam perekonomian. Yang meliputi kegiatan investasi antara lain sebagai berikut:
a.Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
b.Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
c.Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional.
Kegiatan investasi diatas disebut investasi bruto, investasi bruto jika dikurangi dengan depresiasi maka disebut depresiasi neto.
Penentu TingkatInvestasi
a.Tingkat keuntungan yang diperoleh
b.Suku bunga
c.Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
d.Kemajuan teknologi
e.Tingkat pendapatan nasional & perubahannya
f.Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan
Penentu Tingkat Kegiatan Ekonomi
Penentuan tingkat keseimbangan perekonomian negara dapat menggunakan tiga cara, yaitu:
1.Menggunakan Angka
Data berikut akan menggambarkan keinginan pengusaha untuk memproduksi barang dan jasa.
Angka Keseimbangan Pendapatan nasional (dalam trilliun)
Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa ketika pengeluaran agregat (AE) lebih besar dari pendapatan nasional maka perusahaan akan melakukan ekspansi, sebaliknya apabila lebih dari pendapatan nasional maka perusahaan akan mengurangi produksi.
Dalam perekonomian dua sektor keseimbangan perekonomian negara tercapai apabila: Y=AE atau Y= C+I/C+S, I=S.
2.Menggunakan Grafik
Berdasarkan angka diatas maka secara grafik dilukiskan penentuan tingkat keseimbangan perekonomian dengan 2 cara:
             1)Pendekatan Penawaran Agregat-Pengeluaran Agregat
Grafik Keseimbangan Perekonomian Negara
Berdasarkan grafik diatas menjelaskan bahwa titik E menunjukkan kedudukan dimana tingkat keseimbangan perekonomian negara tercapai pada pendapatan sebesar 840.
             2)Pendekatan Suntikan Bocoran

                            Keseimbangan tercapai pada titik E diaman I=S.

3.Menggunakan Pendekatan Aljabar
Menggunakan data sebelumnya pendekatan aljabar menggunakan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1)Menggunakan persamaan Y=C+I
Fungsi konsumsi rumah tangga C=90+0,75Y, sedangkan investasi I=120. Maka tingkat pendapatan nasional pada keseimbangan sebagai berikut:
Y = C+I
Y = 90+0,75Y+120
              Y-0,75Y = 210
0,25Y = 210/0,25
Y = 840
2)Menggunakan persamaan S=I
Menggunakan persamaan S=I, tingkat pendapatan keseimbangan sebagai berikut:
S = I
-90+0,25Y = 120
0,25Y = 210/0,25
Y = 840
Perubahan Keseimbangan dan Multiplier

Analisis  multiplier bertujuan untuk menerangkan sejauh mana pendapatan nasional akan mengalami perubahan efek dari perubahan pengeluaran agregat. Nilai multiplier menggambarkan perbandingan diantara jumlah pertambahan/pengurangan dalam pendapatan nasional dengan jumlah pertambahan /pengurangan agregat yang telah menimbulkan perubahan dalam pendapatan nasional tersebut.
 
Cara menentukan multiplier dalam perekonomian dua sektor adalah sebagai berikut:
Besarnya  diperoleh dari besarnya perubahan/penambahan/pengurangan investasi. Pendapatan nasional baru (Y1) diperoleh dari : 
 
 
Cara lain menentukan multiplier menggunakan anggka pengganda yaitu K1=1/1-C
dimana 1-C=MPS.  selanjutnya dicari perubahan pendapatan nasional atauΔY=
ΔY= K1 x ΔIContoh soal:

1.Dalam perekonomian terdapat fungsi konsumsi C= 90+0,75Y dan Investasi I=120 dan pengeluaran agregat sebesar 840. Apabila terjadi kenaikan investasi sebesar 20 maka I1=140, berapa tingkat keseimbangan pendapatan keseimbangan baru?
      Penyelesaian:
      mencari pendapatan sebelum kenaikan investasi
     Y= 90+0,75Y+120
      0,25Y = 210

              Y = 840

           Apabila menggunakan angka pengganda maka k1=1/0,25 maka k1=4.  maka ΔY=K1 x ΔI= 4 x 20 =80 maka Y1 :
     Y1= ΔY+Y
     Y1=80+840
     Y1=920

2.Diketahui bahwa fungsi konsumsi masyarakat adalah C = 120 + 0,8Y dan pengeluaran sector swasta I = 400 milyar. hitunglah:
a.   Besarnya keseimbangan pendapatan nasional?
b. Jika investasi naik 30% maka hitunglah besarnya pendapatan nasional keseimbangan yang baru?
Penyelesaian:















Daftar Pustaka
Istanto,A. (2013,  Juni). Ekonomi 2 Sektor. Ekonomi Syari’ah 99Retrieved,  Maret 2013 from http://syariah99.blogspot.co.id/2013/06/ekonomi-dua-sektor.html
Sukirno, S. (2016). MakroEkonomi Teori Pengantar (Edisi ketiga). Jakarta: Rajawali Pers.

 

 
 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*