Konsep Akuntansi Islam & Akuntansi Islam dalam Sejarah

Konsep Akuntansi Islam

Konsep akuntansi islam sulit untuk dianalisis karena kemungkinan besar sudah dibakar oleh tentara Gengis Khan. Saat ini hanya diperoleh dari hasil penelitian arkeologi dan belum banyak menghasilkan hasil konkret. Pendekatan yang akan dilakukan adalah rationing atau pendekatan logika (Harahap, 2013:369).
Akuntansi terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 282. Penempatan ayat ini unik dan relevan dengan sifat akuntansi dimana ia ditempatkan dalam surat Sapi Betina sebagai lambang komoditi ekonomi. Ia ditempatkan disurat ke 2 yang dianalogikan dengan double entry, ditempatkan di ayat 282 yang menggambarkan angka keseimbangan (neraca). Bahkan juga bisa dikaji relevansi ayat berikut dalam konteks double entry atau sifat berpasangannya:
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah (Al-Dzariyat:49).
Surat  yasin ayat 36:
Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang mereka tidak ketahui.
Beberapa kemungkinan yang kebenarannya hanya Allah yang mengetahui (Wallahu’alam bishawab).
Bahkan jika dikaji sistem jagad dan manajemen ala mini ternyata peran atau fungsi akuntansi sangat besar. Allah memiliki akuntan malaikat yang sangat canggih, yaitu Rakid dan Atid, yaitu malaikat yang menuliskan/menjurnal transaksi yang dilakukan manusia, yang menghasilkan buku/neraca yang akan dilaporkan kepada kita (owner) di akhirat. Surat Al-Infithar (82) ayat 10-12 sebagai berikut:
Padahal sesungguhnya pada kamu ada malaikat yang memonitor pekerjaanmu (10). Yang mulia di sisi Allah dan yang mencatat pekerjaanmu (11). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan (12).
Laporan ini didukung bukti (evidence) dimana satu pun tidak aka ada transaksi yang dilupakan kendatipun sebesar zarrah seperti dilihat dari surat Al-Zalzalah ayat 7-8:
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrah pun niscaya dia akan melihatnya (7). Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun dia akan melihatnya (8).”
Akuntansi ini sifatnya urusan muamalah maka pengembangannya diserahkan pada kebijaksanaan manusia. Al-Qur’an dan Sunnah hanya membekalinya dengan beberapa system nilai seperti landasan etika, moral, kebenaran, keadilan, kejujuran, terpercaya, bertanggung jawab dsb.
 
Akuntansi Islam dalam Sejarah

Dalam buku-buku teori akuntansi masalah sejarah ini telah banyak dibahas. Vernon Kam (1990) dalam buku Accounting Theory-nya menyatakan sebagai berikut: menurut sejarahnya, kita mengetahui bahwa system pembukuan double entry muncul di Italia pada abad ke-13. Itulah catatan yang paling tua yang kita miliki mengenai sistem akuntansi double entry sejak akhir abad ke-13 itu, namun adalah mungkin sistem double entry sudah ada sebelumnya. Artinya ada kemungkinan akuntansi khususnya akuntansi Islam sudah ada sebelum Pacioli. Pendapat ini  banyak di dukung oleh berbagai penemuan sebagai berikut (Harahap, 2013:365):

1.    Muhammad Khir (Harahap, 1991)
Penyataan Muhammad Khir yaitu:
a.    Saya ingin membahas lebih lanjut pemahaman terhadap pertumbuhan double entry ini dari zaman dulu sampai zaman sekarang. Sebagian besar para akuntan dan para ekonom setuju bahwa faktor utama sebagai penyebab perkembangan teknologi akuntansi adalah akibat pembentukan pertumbuhan perusahaan dalam lingkungan pasar yang demikian kompleks.
b.  Apa kekuatan yang menimbulkan dan mendorong pembentukan pertumbuhan perusahaan jawabannya adalah: jiwa kapitalis, aspek sosial dan tujuan akhir bukan laba tetapi kepuasan masyarakat. Pendapat ini menjadi dasar untuk menyatakan bahwa akuntansi sudah ada sebelum Pacioli.
2.   DR. Ali Shawki Ismail Shehata (Khir dalam Harahap, 1991)
“Suatu pengkajian selintas terhadap sejarah Islam menyatakan bahwa akuntansi dalam Islam bukanlah merupakan seni dan ilmu yang baru,” sebenarnya bisa dilihat dari peradaban Islam yang pertama sudah memiliki Baitul Maal yang merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai “Bendahara Negara” serta menjamin kesejahteraan sosial. Muslim sejak itu memiliki jenis akuntansi yang disebutkan dalam beberapa karya tulis umat Islam. Tulisan ini muncul lama sebelum double entry ditemukan oleh Lucas Pacioli di Italia 1494.
3.   Hendriksen
Seorang guru besar akuntansi kebangsaan Amerika menulis sebagai berikut: “………….the introduction of Arabic numerical greatly facilitated the growth of accounting” (Harahap, 1995).
4.   Kitab Suci Al-Qur’an
Akuntansi dalam islam dapat kita lihat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282 yaitu:
 “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang-piutang (ber-muamalah tidak secara tunai) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan adil. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah ayat 282)
Dari ayat tersebut dapat kita catat bahwa dalam Islam sejak munculnya peradapan Islam sejak Nabi Muhammad Saw. Telah ada perintah untuk kebenaran, keadilan diantara dua pihak yang mempunyai hubungan muamalah (accountability). Akuntansi bagi Islam adalah kewajiban dan mustahil Rasulullah, sahabatnya, serta para filosof Islam terkenal 700 tahun kemudian tidak megenail akuntansi.
5.    Robert Arnold Russel
Russel menjelaskan bahwa Kemajuan ekonomi (keberhasilan bisnis multiagen, perdagangan dan perbankan jarak jauh) tergantung pada penerapan system akuntansi yang baru (double entry).
6.   W. Montgomery Watt
Watt dalam bukunya The influence of Islam on Medieval Europe (1972,1995) menyatakan bahwa: “Ketika kita menyadari segala keluasan eksperimen, pikiran dan tulisan orang Arab kita akan berpendapat bahwa tanpa orang Arab, ilmu pengetahuan dan filsafat orang Eropa tidak akan bisa berkembang seperti ketika dulu mereka pertama kali mengembangkannya. Orang-orang Arab bukanlah sebagai penyalur pikiran-pikiran Yunani, tetapi pencipta-pencipta sejati yang mempertahankan disiplin-disiplin yang telah mereka ajarkan dan meluaskannya.

DAFTAR PUSTAKA
Harahap, S. S. (2013). Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rajawali Express

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*